Dulu, ketika aku masih kecil, ada saat-saat yang paling membahagiakan dalam hidupku. Disaat itu seolah tiada lagi hari akan berganti. Tiada mampu digambarkan, tiada mampu di jelaskan.
Aku merasa hidup, hidup yang sesungguhnya, dan saat itu terbesit dalam sanubari, aku ingin hidup abadi, hidup terus menerus untuk merasakan kebahagian itu lagi dan lagi..
Meski banyak hal buruk terjadi, impian itu terus menyala, sampai pada awal menuju masa kedewasaan pun, keinginan untuk abadi itu tak sirna sedikitpun, bahkan menjadi obsesi tersendiri. Apalagi setelah melihat banyak kematian yang penuh penderitaan, aku sungguh ingin hidup abadi, menyaksikan setiap hal baru, merasakan hal baru, terus menerus.
Obsesi untuk hidup abadi itu semakin menjadi , namun tak kala raga ini di hinggapi sakit setengah mati. Rasa sakit yang menjadi tanda sebuah kerusakan raga, menciptakan emosi baru. Ada kesan mendalam, mati atau hidup, untuk apa semua ini? setelah pergulatan panjang, aku memutuskan untuk tetap ingin hidup, abadi, lagi, lagi dan lagi. Masih banyak yang harus kulakukan, masih banyak tempat yang harus ku kunjungi.
Sampai suatu hari, aku mendengar kisah yang menusuk relung hati. jantungku berdetak seolah akan berhenti. Seorang nenek tua ingin mati, padahal ia masih sehat di usianya yang sudah lebih dari satu abad. Dalam kisahnya, ia ingin mati lantaran telah banyak kesedihan yang telah ia terima. Semua yang disayangi, semua yang di kenal, pergi meninggalkan dunia ini, pindah kealam yang baru, alam sesudah mati. Rasa sepi dan sendiri, rasa sedih datang tak kala mengingat kembali kenangan yang terjadi.
Setelah mendengar kisah itu, obsesi untuk hidup abadi seketika runtuh. Akankah aku akan menjadi seperti nenek ini? ya untuk apa aku hidup abadi, jika hidup seolah mati. kehilangan dan kesedihan, emosi dan arti. Setelah saat itu, pandanngan hidupku berubah. ya aku harus mati suatu saat nanti. bukan hanya karena aku manusia, tapi aku harus mati agar kehidupan� terus berganti.
#usmansan99
#honja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar