Sebagai salah satu pendukung sekaligus fans, saya prihatin dengan kekalahan yang terus menerus dialami Persija dalam setiap pertandingan. Di liga satu musim lalu saja persija bahkan hanya menghuni papan tengan dan bawah, dan nyaris saja terdegradasi. Sungguh ironi bagi club sebesar persija yang notabene club ibukota.
Kekalahan demi kekalahan yang di telan tentu saja membuat kecewa para pendukung Persija. kekalahan yang berlarut-larut seolah di biarkan tanpa adanya perubahan. Yang terakhir, persija harus tersingkir dari penyisihan grup turnamen pra musim, Piala Presiden, dengan keseluruhan pertandingan kalah.
Di tilik dari performa tim, memang persija menggunakan hampir 80% punggawa baru. Ditambah dengan pemain asing asal Jepang yang menggantikan seluruh pemain asing sebelumnya.
Dan juga kini club Persija dilatih oleh pelatih baru Thomas doll, yang mana didatangkan langsung asal jerman yang semasa mudanya pernah merumput bersama club-club besar Eropa dan pernah juga melatih club Humberg dan Borussia Dortmunt.
Lalu kenapa dengan materi tim dan pelatih asing baru, persija masih kesulitan untuk maju dan meraih kemenangan. Tentu saja di balik kekecewaan itu saya bertanya tanya.
Lalu saya menganalisis banyak data, dari setiap pertandingan, dari masa-masa sebelumnya, saya menemukan hal menarik. Dimana dari sekian musim yang diarungi tim persija, dari mulai awal dimulainya liga indonesia.
Hal yang menarik itu adalah sampai saat ini persija tidak punya leader atau pemimpin yang bisa dipandang mampu membawa Persija kearah yang lebih baik selain bang yos, atau gubernur Sutioyoso. Terlepas dari carut marutnya liga, hanya bang yos lah yang penah membawa persija menjadi kampiun liga Indonesia di musim 2001.
Memang benar di musim 2018 Persija mengulang kembali sejarah dengan menjuarai liga 1 bersama pelatih Stefano cuggura teco, tapi itu di warnai dengan berbagai kontroversi di tubuh PSSI.
Dahulu di bawah komando bang Yos yang saat itu menjabat jadi gubernur jakarta, persija dirombak total, dibawa dan diarahkan dengan baik. Club dibenahi, pemain asing langsung di cari dari negaranya. Bang yos juga mengubah warna jersey dari Persija dari yang awalnya berwarna merah-putih jadi oranye.
Bang yos menganggap merah-putih kurang kuat sebagai identitas persija karena club lain dan juga timnas Indonesia sudah menggunakannya. Maka Bang yos nemilih warna oranye yang lebih mentereng dan megah. Yang mana warna oranye juga di gunakan Timnas belanda yang saat itu menjadi Timnas elit di kancah persepakbolaan dunia.
Sebagai "Revolusioner Persija", Bang Yos dengan gaya kepemimpinan yang diktator ala militer mengubah Persija kala itu menjadi macan kemayoran yang sesungguhnya, yang mengaum dan membuat gentar lawan. Hingga pada liga Indonesia musim 2001 berhasil mengantarkan jadi juara.
Itulah kenapa saat ini, Persija butuh sekali seorang leader yang mampu merevolusi dan mengembalikan kejayaan. Saya mulai berandai-andai jika Bang yos mau kembali membina club Persija seperti dulu. Mungkin saja Persija akan "mengaum" lagi seperti macan bukan "mengeong" seperti kucing. Semoga bang Yos mendengar ini.
#usmansan99
#honja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar