Tragedi telah terjadi, tinta hitam sejarah telah menggores lembar sejarah, aremania oh aremania. Entah sudah sejak kapan tragedi-tragadi dalam persepabolaan indonesia itu dimulai, yang jelas tragedi demi tragedi terus terjadi seolah hanya kiamat yang dapat menghentikannya.
Sejak saya lahir lalu tumbuh dewasa bersama sepakbola, saya adalah penggemar sepakbola. Bermain dan mendukung tim kesayangan adalah sebuah penghormatan. Namun saya tak pernah berpikir untuk menuruti keegoisan saya meski club yang saya dukung kalah. Saya malah berpikir mungkin dukungan saya kurang.
Apakah para aremania dan aremanita berpikir sama seperti saya?. Saya harap demikian, karena sejatinya sepakbola adalah pesta kemanusian, pestanya insan sepakbola. Dan pesta seharusnya membuat bahagia.
Bukan saya menuduh, bukan saya menyalahkan, namun alangkah naifnya kita, sebagai insan sepakbola tidak mau mengakui kesalahan dan cenderung menyalahkan pihak lain atas nama cari aman.
oknum itu ibarat detonator, menjadi provokator dan meledakkan segalanya, kalau sudah terjadi tragedi seperti saat ini, kita bisa apa? Semua terhenti, seperti mati, dan mematikan segal sektor dan sendi kehidupan.
Jangan sampai karena keegoisan diri sendiri "nila setitik rusak susu sebelanga" bahkan "jangan menyesali susu yang sudah tumpah" tak akan mampu mengobati dengan segera luka yang terlanjur menganga.
Andai saja aremania tidak turun kelapangan , mungkin polisi tidak akan menembakkkan gas air mata, andai saja polisi tidak menembakkan gas air mata, mungkin para penonton tidak berhamburan menyelamatkan diri dan terinjak-injak, andaibl saja tidak ada sepakbola pasti tragedi ini tidak akan terjadi.
Apakah kita akan terus begini sampai bola menjadi kotak. Jadilah manusia dengan rasa kemanusiannya, dengan begitu bola bisa mengglinding bebas mempersatukan dunia.
#usmansan99
#honja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar