Kamis, 23 November 2023

Ternyata radio asyik juga

 


Radio gaga


Aku tidak menyangka, aku sangat terkejut, ternyata radio asyik juga. Kemarin, tepatnya di sore hari yang gersang, aku iseng seiseng isengnya, ku buka aplikasi radio fm yang nganggur di pojokan atas layar. Memang sudah lama aku tidak membukanya setelah sibuk ngurusin dunia. Kalau dipikir, dulu masih sering dengar siaran radio NHK yang di relay oleh sebuah station lokal.

Setelah aplikasi radio fm kubuka, suara mendesah yang khas keluar dari mulut headset 30ribuan. Desahannya seperti ular kobra yang mendesis sebab terancam jiwanya.  Ssssssssssssssssssss begitu bunyinya, kemudian aku mulai menekan tombol untuk mencari station radio yang masih siaran. Alamak, suara merdu apa ini?, aku mulai mendengarkan lagu itu dengan seksama, lagu yang sudah lama sekali tidak aku dengar, lagu lawas penuh nostalgia.

Sampai selesai lagu itu, kemudian disambung dengan lagu berikutnya dan aku nikmati itu. Seperti di lempar lagi kemasa 90an, dimasa radio masih pakai baterei ABC aaa, tv masih mengunakan aki untuk menyalakannya. Teather of my mind mulai hidup didalam alam imaginasiku.

Wajah-wajah yang telah lama pergi seolah menghadap, kenangan-kenangan yang telah berlalu seolah bermunculan. Mereka yang pernah hidup, mereka yang masih hidup, mereka yang masih tinggal dan yang sudah pergi.

Setelah satu lagu selesai, kini giliran penyiar radio yang mulai mencuap apa saja tanpa ada jeda. Dari suaranya, pasti penyiar masih muda, 5 atau 6 tahun dibawahku. 

Pada malam harinya kulanjutkan lagi sambil menulis artikel. Aku mulai larut dalam bahasan yang di bawakan 2 orang penyiar. Dalam hal ini mereka membahas tentang masa SMA yang penuh warna dan emosi. Dikatakan bahwa saat SMA, kita hanyalah sekumpulan anak yang beranjak dewasa yang sedang mencari jati diri, tidak seperti ketika kuliah yang memang telah menjadi orang yang sudah punya pilihan. Maka fix, masa SMA adalah masa yang terbaik.

Di lanjut dengan sesi pembacaan pesan yang dikirim oleh pendengar, jika dahulu melalui surat, sekarang dengan Whatsapp, praktis, langsung terbaca saat itu juga. Aku hanya bisa tertawa bisu dengan pesan-pesan yang dikirm, rupanya zaman tidak pernah merubah keanehan ulah tingkah manusia.

Lama aku mendengarnya, sampai satu artikel yang kutulis juga telah kuedit dan siap di publish. Kupastikan, esok akan kujadikan radio sebagai teman ketika menulis. Kurasa lebih menyenangkan dari pada menonton podcast yang isinya itu-itu saja. Lagipula radio gratis, tidak perlu mengeluarkan kuota untuk streaming.

Ya sayang sekali, karena media audio visual kini menjadi lebih populer daripada radio. Yang mejadikan radio ditinggalkan penggemarnya, pun begitu juga penggemar radio yang mayoritas kalangan tua telah satu persatu gugur. Kini pun telah banyak stasion radio yang menghentikan siaranya karena pemasukan tidak bisa menutupi biaya operasional yang terhitung cukup tinggi. Kalaupun masih ada banyak darinya yang bertranformasi ke radio digital atau podcast.

Semoga saja radio tetap lestari ditengah serbuan media-media yang populer masa kini. Menjadi media yang akan terus memperdengarkan desahan masa lalu yang indah.

27.05

Tidak ada komentar: